Agar properti tetap untung saat yang lain buntung

PANDEMIK PROPERTI NGEDROP HARUS GIMANA?

Sektor Property menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak dari terjadinya pandemik covid 19. Saat ini orang memilih untuk menyimpan uang cash sambil melihat situasi sebelum melakukan pembelian-pembelian yang bersifat tersier. Orang lebih mendahulukan kebutuhan primer seperti makanan dan sedikit kebutuhan sekunder yang mampu secara langsung mendukung pemenuhan kebutuhan primer tersebut.

Sebagai salah satu bagian dari kebutuhan tersier, bisnis properti menjadi sangat terdampak akibat kondisi pandemik. Orang2 yang tadinya berfikiran untuk membeli properti di tahun 2010, banyak yang kemudian memutuskan untuk menunda dan mungkin malah mengurungkan niat sambil menunggu dan melihat situasi kondisi terkini, apakah sudah cukup baik ataukah belum jika hendak berbelanja properti. Hal ini tentunya sangat memukul para pelaku usaha properti, terutama untuk mereka yang masih menggunakan cara lama dalam menjual properti nya.

Namun apakah bisnis properti ini benar-benar akan mati suri? jawabannya Tidak. Bagi mereka para pelaku usaha properti yang terus berbenah dan mampu memberikan penawaran2 yang segar serta menguntungkan bagi para calon konsumen dan investor, kondisi ini hanya menjadi satu tantangan kasus untuk memacu mereka agar lebih kreatif memberikan solusi-solusi pintar sesuai dengan tren kekinian serta minat yang telah berubah.

Sayangnya jawabannya pun bisa Iya, bagi mereka yang masih bersikukuh untuk menerapkan kondisi yang tidak berbeda dengan situasi sebelum pandemik. Padahal sudah jelas bahwa ancaman resesi sedang menerpa negeri ini dan berpotensi mengurangi daya beli masyarakat terutama dalam membeli properti/real estate. Para pelaku usaha properti tentu perlu berhitung ulang untuk mengatasi hal ini. Para pelaku usaha properti harus memiliki penawaran yang berbeda, memberikan ketenangan bagi konsumen, serta melengkapi aneka fasilitas pendukung kegiatan New normal.

Persaingan pasar properti akan semakin ketat apabila muncul pemain properti yang dapat melihat situasi tren terbaru dan bergegas menyesuaikan diri sehingga memiliki keunggulan-keunggulan lain yang bahkan mungkin belum terpikirkan oleh yang lain. Iming iming kawasan terbesar, terlengkap, termewah, termurah serta aneka ter yang lain sudah dianggap biasa saja. Saat era puncak properti di tahun 2010 sampai dengan 2015 mungkin iming-iming itu masih cukup menarik bagi konsumen, namun saat ini sudah dirasa kurang menarik lagi jika tidak ada hal baru yang ditawarkan oleh pengembang karena harga sudah semakin menyesakkan untuk para calon konsumen. Terutama tren dari konsumen terbesar saat ini yang cenderung ke para meilenial dimana kaum milenial sudah lebih peduli terhadap efisiensi, sehingga lebih memilih menyewa rumah yang dekat atau bahkan berlokasi di sekitar pusat kota yang tersedia berbagai fasilitas umum dan pusat aktivitas sehingga mampu memenuhi kebutuhan mereka yang jauh lebih kompleks

Kaum milenial cukup cepat dalam menguasai bidang usaha, terbukti dari banyaknya usaha-usaha baru yang menjadi raksasa dimulai oleh generasi ini, terutama dari sisi teknologi. Saat ini orang cenderung peduli dengan hal-hal sensitif seperti penyelamatan lingkungan, efisiensi, hal terkait teknologi serta kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tentunya rumah dan properti lain masih dibutuhkan, namun jika fungsinya sesuai dengan kebutuhan.

Lokasi, lokasi dan lokasi sudah tidak lagi menjadi yang paling utama. Fungsi sesuai tujuan kepemilikan yang akan mengarahkan pembeli untuk memilih, baru setelahnya kesesuaian terhadap prinsip investasi baru akan menjadi tambahan bahan pertimbangan. Tentu saja jika tujuannya adalah investasi property, pangsa ini pasti akan lebih memilih membeli tanah dan bukan bangunan.

Bagaimana dengan pengembangan property? Kecintaan kaum milenial dengan teknologi dan efisiensi harus menjadi perhatian bagi pengembang untuk menentukan konsep kawasannya. Teknologi apa yang sesuai dan bisa diterapkan mampu menghasilkan efisiensi yang menarik. Sebagai contoh penggunaan teknologi penghasil energi, pengolahan limbah kawasan, kemandirian kawasan, hal yang dapat mengurangi pencemaran dan bahkan bisa memberikan subsidi biaya kepada penghuni dalam mengelola kawasan,

One Stop Service dimana penghuni bisa mendapatkan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa perlu harus pergi keluar rumah, dimana pengembang juga tidak perlu mengeluarkan banyak investasi agar semua Semua hal itu bisa diterapkan karena sudah ada penyedia yang sangat paham apa yang harus dilakukan. Semua kembali lagi kepada kemauan untuk berani beralih menjadi penyedia properti kekinian yang mampu mengikuti jaman,

Sehingga Harga tidak lagi menjadi masalah.

-Ndrian-

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Compare